Ketersediaan Aneka Cabai Surplus, Jelang Idul Adha Aman

By Admin


nusakini.com - Setelah melewati Ramadhan dan Idul Fitri, kini Direktorat Jenderal (Ditjen) Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) disibukkan dengan persiapan pengamanan stabilisasi pasokan dan harga menjelang Hari Raya Idul Adha 1438 H, yang akan tiba beberapa bulan lagi. Tim Upaya Khusus (Upsus) Cabai dan Bawang Merah Ditjen Hortikultura di bawah pimpinan Direktur Jenderal (Dirjen) Hortikuktura Kementan Supdnik Sujono Kamino langsung turun dan melakukan pendampingan di lapangan sekaligus memantau sentra di wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk memastikan pertanaman.

Pada kesempatan itu, Spudnik Sujono menjelaskan bahwa ketersediaan aneka cabai sejak bulan Juni kemarin hingga bulan Juli ini telah aman dan terkendali, bahkan mengalami surplus. "Misalnya, di bulan kemarin (Juni-red) saja, ketersediaan cabai besar ada 104.083 ton. Sementara kebutuhan 95.211 ton. Artinya apa, ada kelebihan. Begitu juga dengan cabai rawit merah yang mengalami surplus. Dimana ketersediaan 84.418 ton, sedangkan kebutuhan 75.050 ton," kata Spudnik Sujono dalam keterangan tertulisnya, Jumat (7/7/2017).

Hingga di bulan Juli inipun, lanjut Spudnik, baik ketersediaan cabai besar maupun cabai rawit masih surplus. "Cabai besar masih di angka 100.479 ton, kebutuhan 91.533 ton. Kalau cabai rawit ada di 79.354 ton, kebutuhan 69.689 ton," papar Spudnik Sujono Kamino.

Terkait dengan perkembangan harga sampai saat ini, terangnya, masih aman dan relatif stabil. Bahkan di beberapa sentra utama harga masih rendah dan berada pada kisaran masih rendah dan di bawah BEP (Break Even Point). "Baik harga untuk cabai keriting maupun cabai rawit merah," ujarnya.

Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Ditjen Hortikultura Prihasto Setyanto menambahkan bahwa Propinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta diharapkan menjadi penyangga pasokan aneka cabai di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). "Kawasan penyangga tersebut di antaranya Magelang, Temanggung, Banjarnegara, Sleman dan Kulon Progo. Di tahun 2017, Kabupaten Sleman mendapatkan alokasi bantuan bagi kawasan aneka cabai untuk seluas 100 hektar. Kita berharap, itu menjadi stimulan untuk pengembangan kawasan cabai di Kabupaten Sleman," katanya.

Sementara Agung Sanusi, Kasubdit Aneka Cabai dan Sayuran Buah Ditjen Hortikultura menjelaskan, sesuai hasil pantauan tim yang dilakukan akhir-akhir ini, perkembangan keg aneka cabai di Kabupaten Sleman, DIY saat ini mengalami kenaikan. "Luas panen aneka cabai untuk bulan Juli - September nanti sekitar 250 hektar yang tersebar di Kecamatan Ngemplak, Kalasan dan Ngaklik," paparnya sambil memberitahukan bahwa Dinas Pertanian Kabupaten Sleman akan mengundang Dirjen Hortikultura untuk melakukan panen raya cabai rawit merah bersama Bupati Sleman pada tanggal 17 Juli nanti. "Lokasi persisnya berada di Desa Widodomartani, Kecamatan Ngemplak. Cabai yang akan dipanen berada di atas lahan seluas 50 hektar".

Soal kondisi pertanaman aneka cabai di lapangan, ujar Kasie Hortikultura dan Perkebunan, Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perikanan Kabupaten Sleman, tumbuh baik karena petani saat ini gencar menerapkan pertanian ramah lingkungan dengan menggunakan bahan organik dan pupuk kandang sebagai pupuk tanaman. "Disamping itu, pupuk cair organik sudah digunakan, penggunaan bacillus sp, trichodherma dan PGPR juga menjadi prioritas penggunaan di lapangan," katanya.

Sehubungan dengan pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan) ramah lingkungan, Agung Sunusi menerangkan bahwa para petani di Kabupaten Sleman sudah mulai merasakan dampaknya karena pengembangan dilakukan dengan menanam rephobia dan bunga matahari sebagai pengendali alami OPT. "Sehingga biaya pestisida di lapangan bisa ditekan. Sedangkan varietas cabai rawit merah yang dominan digunakan adalah varietas kencana dengan produksi rata-rata 8 ton per hektar. Sementara untuk cabai keriting dipakai varietas OR 42 dengan produksi rata-rata 6 ton per hektar," terangnya.

Soal penggunaan alokasi APBN 2017 untuk aneka cabai seluas 100 hektar, Agung menjelaskan, yang telah ditanam di bulan Mei-Juni kemarin sekitar 60 persen. Itu untuk mengamankan Idul Adha. "Sedangkan yang akan ditanam di bulan Juli-September nanti adalah kekurangannya yakni sekitar 40 lagi. Nah, ini adalah untuk stok mengamankan Natal dan tahun baru. Dengan kondisi itu, kami berharap wilayah DIY aman, bahkan bisa mensuplay wilayah Jabodetabek menjelang Idul Adha 1438 H," pintanya.

Soal harga, Ketua Kelompok Tani Taruna Tani, Suharno mengutarakan, di tingkat petani hari ini per tanggal 7 Juli 2017, cabai rawit merah Rp 18.000 - Rp 20.000 per kilogram. Cabai merah keritiing Rp 7.500 per kilogram. Cabai rawit hijau Rp 10.000 per kilogram. "Sistem penjualan aneka cabai di sini pak, dilakukan dengan cara lelang. Artinya, pedagang yang memberikan penawaran yang tertinggi akan menjadi harga acuan harga pada saat itu. Kami berharap pemerintah segera menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) aneka cabai sehingga kelompok tani lebih bersemangat dan tidak merugi," pungkasnya. (p/ma)